Retreat

Retreat
Paskah 7 April 2010

Golden Bridge

Kumpulan ide-ide kreatif yang dibangun untuk membangun masa depan pemuda yang semakin disukai Allah dan manusia.

Rabu, 26 September 2012

perkelahian remaja

Dalam tatanan kehidupan manusia nampak jelas ditandai dengan adanya berbagai ciri masyarakat yang dinamis, dengan berbagai golongan umur. Sebagai mahluk hidup, manusia mulai dari anak-anak sampai dewasa bahkan manusia yang tergolong lanjut usia memiliki kegiatan yang sesuai dengan golongan umurnya dalam suasana aman dan damai. Sehingga tercipta kelompok sosial masyarakat yang secara umum ditandai dengan persamaan umur tiap-tiap kelompok sosial. Salah satu kelompok umur dalam kehidupan manusia adalah golongan remaja dengan karakteristik yang berbeda-beda dengan kelompok anak-anak dan kelompok orang dewasa. Singgih D. Gunarsa dan Ny. D. Gunarsa berpendapat bahwa umur remaja adalah umur 17-22 tahun. Fase remaja berada pada posisi transisi, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa. Mengiringi perjalanan hidup manusia, fase remaja akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang merupakan suatu kesempatan yang panjang bagi seseorang untuk membekali diri dalam menyongsong masa depan yang cemerlang, indah, dan penuh pesona. Tetapi perlu disadari bahwa masa remaja tidak hanya menjadikan indahnya kehidupan seseorang namun sekaligus merupakan suatu tahapan dalam perkembangan dan pertumbuhan manusia yang penuh dengan berbagai macam tantangan yang harus dihadapi. Pada seseorang yang berada pada masa remaja diliputi dengan sifat dan sikap yang lebih emosional sehinga terkesan kurang mampu mengendalikan dirinya yang dapat menyebabkan munculnya masalah dalam kehidupan bersama yang sumbernya berasal dari para remaja. Dengan perilaku yang kurang terkontrol dari para remaja menyebabkan para orang tua dewasa terutama orang tua mengidentifikasi berbagai kejadian yang meresahkan sebagai suatu masa transisi yang diakui remaja. Penyebab terjadi pada diri remaja yang membuat resah bagi orang yang disekitarnya karena pergaulan dalam lingkungan, menurut Singgih D. Gunarsa bahwa lingkungan disisi teman-teman, keluarga tetapi dalam arti yang luas yaitu semua keadaan diluar diri anak. Begitupun menurut penulis bahwa tidak hanya dari remaja dan keluarganya tetapi dalam lingkungan dimana mereka berada. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan yang sering terjadi maka remaja semakin sulit menempatkan dirinya/ingin bertambah. Akibatnya para remaja kadangkala/memposisikan diri dimana tindakan dalam kehidupan karena pergeseran nilai yang sedang terjadi, tanpa sadar akan bahaya yang akan terjadi apabila tidak mampumenempatkan secara benar dalam kehidupan. Berbicara tentang kenakalan remaja memang sangat rumit dan meresahkan yang kadangkala menimbulkan perkelahian remaja. Lagipula masalah perkelahian remaja tidak hanya merupakan pergumulan segelintir orang, melainkan pergumulan yang sifatnya menyeluruh. Kenakalan remaja disebabkan karena kurangnya perhatian dan bimbingan dari gereja, masyarakat bahkan dari keluarga sendiri. Beratnya tanggung jawab untuk mengalahkan dan memikirkan kehidupan remaja terutama berada diatas pundak orang tua dan gereja. Oleh sebab itu, sudah seyogyanyalah para orang tua memikirkan kehidupan remaja dimana secara tanggung jawab ini dimulai dari dalam keluarga. Sehingga para remaja berada pada suatu masalah yang sulit, namun tetap juga masih terbuka kesempatan untuk dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya terutama melalui pendidikan dan bimbingan agar kelak menjadi generasi dapat diandalkan untuk melanjutkan cita-cita bangsa dan Negara. Adapun faktor yang menyebabkan perkelahian remaja adalah mulai dari kegagalan pembinaan orang tua di rumah pengaruh bebas antara remaja bahkan akhir-akhir ini muncul masalah disekitar penggunaan obat-obat terlarang yang justru disenangi para remaja yang tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Begitupun terlihat dalam lingkungan Buntu Ambaang Kecamatan Rantepao Kabupaten Toraja Utara tentang kenakalan remaja yang sering menimbulkan perkelahian. Untuk menangani masalah kenakalan remaja yang sering menimbulkan perkelahian, diperlukan pola pendekatan dengan sistem pembinaan yang tepat dan dapat dilakukan orang tua dan guru-guru di sekolah, tokoh-tokoh masyarakat terutama peranan dalam gereja dalam membina generasi muda dalam pertumbuhan iman seperti halnya dalam 1 Timotius 4:12-16. Adapun usaha yang dilakukan oleh pemerintah, yakni dengan melakukan kegiatan antar kampung/dusun yakni dalam hal ini adalah kegiatan karang taruna. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar tercipta hubungan yang baik antar sesama remaja, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tetapi kegiatan ini mencapai maksudnya sebab tidak dapat juga menanggulangi kenakalan remaja. Pada saat kegiatan itu berlangsung mereka dapat menciptakan keakraban, tetapi setelah kegiatan selesai keakraban itu tidak nampak lagi. Didikan dari orang tua yang juga pada dasarnya memiliki pendidikan dasar yang minim sehingga pendidikan yang dibeikan kepada anaknya hanya pada batas kemampuan dan pemikiran mereka serta pengaruh lingkungan dimana anaknya bergaul telah menimbulkan kesulitan untuk memperbaiki perilaku hidup mereka. Perilaku hidup mereka inila yang sering menimbulkan perkelahian antar remaja. Pendidikan orang tua yang minim dimana ada jenjang pendidikannya hanya pada jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), menyebabkan kurangnya bimbingan kepada anaknya yang masih tergolong remaja sehingga kadangkala menimbulkan perkelahian antar remaja. Tidak dapat disangkal bahwa dalam lingkungan Buntu Ambaang ada diantara orang tua yang jenjang pendidikannya sampai pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) bahkan perguruan tinggi tetapi tidak juga menampakkan bimbingan yang dapat mengubah perilaku hidup anaknya yang sudah lama terpengaruh dalam kenalakan remaja, bahkan usaha dari pemerintahpun tidak dapat mencegah kenakalan remaja yang semakin hari semakin meresahkan masyarakat. Mengapa penulis mengatakan demikian? dikatakan gagal sebab telah mengikuti kegiatan yang dimaksudkan diatas dimana, merekapun kembali kepada sikap hidup mereka yang semula yaitu menampakkan kenakalan remaja.

Kamis, 12 Juli 2012

Jalan Hidup yang Penuh Kemenangan Bersama Tuhan

Nats: Filipi 4: 11b-13; 21-24; Roma 8: 37; 2Kor 2:14 Ada dua macam orang: Pertama, orang yang ketika dalam kesusahan, dan kondisi sulit itu tidak berubah menurut pemikirannya setelah ia berdoa kepada Tuhan, ia me¬rasa Allah tidak mempedulikan dia, karena itu ia marah dan meninggalkan Tuhan. Kedua, orang yang ketika hidupnya lancar dipenuhi dengan kesenangan justru terlena dan mengabaikan Tuhan. Dua macam orang ini saya sebut orang yang dikalahkan oleh kesulitan dan orang yang dihanyutkan oleh kenikmatan. Ternyata tidak ada jaminan dalam kondisi hidup fisik yang dapat membuat seseorang tetap setia kepada Tuhan. Karena memang bukan kondisi luar, tetapi hati (sikap batin) itulah yang menentukan respon seseorang kepada Tuhan. Allah yang adil memberi situasi yang berbeda kepada setiap orang. Jika seseorang memiliki hati yang benar kepada Allah, walaupun dalam penderitaan yang berat ia tetap memuliakan Tuhan, dan ketika berada dalam kehidupan yang penuh berkat, ia lebih mencintai Tuhan daripada segala berkat-berkat Tuhan yang siap untuk diambil daripadanya. Tanpa sikap hati yang benar, dalam situasi apa pun orang yang akan selalu meresponi Allah secara salah. Paulus memberikan teladannya yang indah ketika ia mengungkapkan sikapnya dalam perkataan berikut: “Sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp 4:11b-13). Dalam mengalami kesulitan, deraan, ancaman, kengerian ia tidak menjadi kecewa, ketika ia menerima keadaan yang diberkati, kesukaan, kenyamanan, kelimpahan dan anugerah Tuhan ia tidak menjadi hanyut. Kesulitan maupun kelancaran merupakan suatu situasi yang sama-sama beresiko untuk mengikis kesetiaan kita kepada Tuhan. Dalam perenungan ini, kita akan memfokuskan kepada bagaimana kita dapat menang atas situasi sulit yang kita hadapi. Saya akan mensharingkan 4 prinsip, yang diharapkan dapat menolong kita ketika menghadapi situasi hidup yang sulit dengan sikap yang benar. Dengan pemahaman dan perspektif iman Kristen yang benar, ia akan dimampukan untuk berespon benar supaya boleh mengalami hidup berkemenangan bersama Tuhan. Pertama, sadarilah bahwa kita hidup dalam suatu drama kosmik yang sangat menentukan. Kebenaran ini terungkap dalam kitab Ayub. Seluruh kehidupan Ayub, termasuk kehidupan batinnya terbuka bagi pengamatan dan penilaian Allah, malaikat dan Iblis. Ia ditempatkan di dalam posisi yang crucial, di mana seakan-akan kehormatan Allah dipertaruhkan dalam respon Ayub, dan jika dia gagal Iblis mendapat alasan untuk mencemooh Allah. Namun melalui kehidupan Ayub, Allah mau menunjukkan bahwa ada manusia yang akan tetap beriman dan mengasihiNya walaupun mengalami kesulitan terberat. Jikalau ia gagal maka iblis berkesempatan melawan serta mencemooh Tuhan. Tapi, yang terjadi justru melalui respon Ayub yang penuh kesetiaan kepada Allah itu ia mempermalukan Iblis. Inilah kehidupan yang mestinya diwujudkan oleh orang Kristen yang telah menerima anugerah Perjanjian Baru yang melebihi tokoh-tokoh Perjanjian Lama. Setiap orang diberi kondisi hidup yang berbeda oleh Tuhan. Namun seperti dalam film, yang menjadi ukuran bukanlah kenyamanan peran si aktor, tetapi bagaimana ia memerankannya. Jika dalam film yang menjadi penilaian adalah kemampuan acting, maka dalam hal rohani yang menjadi penilaian ialah bagaimana menjalankan perannya dilihat dari sudut moral dan rohani: yang menjadi ukuran bukanlah apakah kita kaya atau miskin, pintar atau bodoh, sehat walfaiat atau didera oleh penyakit yang berkepanjangan, panjang umur atau hidup yang singkat; yang menjadi ukuran ialah apakah dalam Ada orang yang sepanjang hidupnya tetap miskin bukan karena malas atau bodoh, sebaliknya ada orang yang dari kecil hingga tua selalu hidup dalam kelimpahan. Ada yang seumur hidupnya dipenuhi dengan kesulitan, sebaliknya ada yang jalan hidupnya begitu mulus. Cara berpikir yang duniawi akan menilai orang yang hidupnya dipenuhi kesusahan itu bernasib buruk dan gagal, dan orang yang hidupnya enak itu bernasib baik dan sukses. Jika orang Kristen masih terjebak dalam cara pandang yang duniawi ini, maka perhatiannya hanya tertuju kepada mengusahakan kenyamanan hidup dan kelepasan dari kesulitan, dan bukannya pada kualitas hidup yang harus ia wujudkan. Karena itu, tidak heran, ketika dilanda kesulitan, mereka penuh dengan sungut dan keluhan kepada Allah (mengkorfirmasikan tuduhan Iblis, yang tentu saja salah), dan kehilangan fokus untuk dalam situasi hidup mereka untuk semakin memuliakan Allah. Di tengah-tengah kesulitan hidup yang memuncak, justru Ayub menyatakan kesaksian hidup yang sulit dilampaui. Di tengah-tengah kehidupan yang hancur oleh kelumpuhannya, Joni Erickson Tada justru menyatakan suatu kehidupan yang begitu mulia. Kedua, bagi anak Allah, keadaan sulit yang kita alami bukanlah keadaan tak diberkati, sebaliknya mungkin itu adalah saat yang paling indah dalam hidup kita. Ketika berada dalam kondisi yang sulit, terjepit, merasa lemah, keadaan yang memaksa kita bergantung penuh kepada Allah, seringkali kita menganggapnya sebagai bad time (waktu yang buruk), kondisi buruk yang tidak diberkati. Inilah alasan ketika berada dalam kondisi tersebut satu-satunya keinginan kita ialah cepat-cepat keluar dari situasi itu, setelah itu baru kita merasa diberkati. Tetapi dalam pengalaman saya, saya belajar bahwa saat berada di dalam kelemahan itu adalah saat-saat di mana saya paling dekat dengan Tuhan, itulah saat yang indah bersama Tuhan. Dan saat saya merasa kuat, mantap, dewasa, mandiri, mungkin itu adalah saat saya mulai tidak begitu bergantung lagi kepada Tuhan dan mulai agak liar atau bahkan sangat liar. Jangan salah mengerti bahwa saya mengajarkan supaya kita menginginkan kehidupan yang terus dalam kesuraman dan penderitaan, karena itu bukan maksud Tuhan atas hidup kita. Kekristenan adalah agama yang positif, yang penuh dengan pujian kemenangan dan sukacita. Karena itu, tidak salah jika dalam kesulitan, sakit, kesedihan, kita menginginkan Tuhan memberikan kelepasan, kelimpahan dan sukacita kepada kita. Tetapi apa yang mau saya tegaskan di sini ialah marilah kita belajar untuk melihat masa suram itu secara positif dari perspektif Kristen, bahwa jika saya berada dalam situasi seperti itu di situ pun Allah hadir dan kasih rahmatNya menopang aku, bahkan lebih penuh kasih mesra. Ada sesuatu yang unik dalam kehidupan ma¬nu¬sia, seringkali masa-masa sulit yang pernah kita alami dulu, seperti krisis, bahaya, kesulitan hidup, dsb kita ingat kembali dengan perasaan nostalgia. Demikian juga, dikatakan mengenai hubungan dalam pernikahan: krisis pernikahan yang dilalui dengan penuh ketabahan bahkan berguna untuk membangun kasih dan kepercayaan yang kokoh antara keduanya, suatu hal yang tidak pernah akan dimengerti dan dialami oleh mereka yang telah menyerah. Ketiga, dengan memfokuskan pikiran hanya pada kebahagiaan di masa yang akan datang, kita telah menyia-nyiakan realitas kehidupan masa kini, yang sebenarnya merupakan sesuatu yang indah dan sangat berharga. Sayur pare itu pahit, jangan dibuang, sebaliknya belajarlah untuk menikmatinya, karena itu sayur yang baik/berguna dan enak. Hidup ini sulit, ini adalah fakta tidak dapat kita tolak. Namun jika kita menyikapinya dengan benar, maka masa-masa sulit itu dapat menjadi pengalaman yang indah bersama Tuhan. Andaikan kita diberi umur 40 tahun, dan 20 tahun terisi oleh kesulitan, apakah berarti kita hanya akan memiliki 20 tahun hidup yang bermakna? Bagi saya, asal kita berjalan bersama Tuhan, maka kita tetap akan memiliki 40 tahun bermakna yang sangat berharga. Blaise Pascal mengatakan: kita tidak pernah [sungguh-sungguh] hi¬dup hanya untuk masa kini .... Kita bersikap tidak bijaksana dengan mengembara dari satu masa ke masa lain yang sesungguhnya bukan milik kita. Kita ... mengabaikan apa yang sungguh-sungguh ada. Kita bersikap demikian karena momen sekarang biasanya adalah sesuatu yang menyakitkan, itulah sebabnya kita menekannya... Kita cenderung membebani pikiran kita dengan masa lalu dan masa yang akan datang, dan jarang memikirkan masa kini.... Kita menjadikan masa masa lalu dan masa kini sebagai sarana, dan hanya menjadikan masa yang akan datang sebagai tujuan kita. Dengan cara berpikir demikian, kita tidak pernah sungguh-sunguh hidup, sebab kita hanya hidup dalam pengharapan, mengharapkan sesuatu yang belum ada, sedangkan yang ada dibuang-buang. Dengan selalu merencenakan bagaimana kita dapat menjadi bahagia, kita tidak pernah berada dalam kebahagiaan itu. (Pensees). Keempat, dengan memandang masa “sulit” sekarang sebagai hal yang negatif dan hanya memikirkan kebahagiaan yang belum tiba maka kita lalai menyambut maksud Tuhan dalam situasi kita itu. Tidak ada pengalaman kita yang alami yang terjadi di luar kontrol Allah. Dan jika Ia mengizinkan kita mengalami suatu kesulitan pasti ada maksud baik dari Allah bagi kita. Kita tahu bahwa: “Allah ... bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yagn terpanggil sesuai dengn rencana Allah.” (Rm 8:28). Dan jika dalam setiap situasi hidup kita terdapat maksud Allah yang baik, maka marilah kita menyambut maksudNya itu. Saint John of the Cross (Santo Yohanes dari Salib) mengungkapkan apa yang dinamainya the dark night of the soul (jiwa yang berada dalam kegelapan malam). Ia mengatakan demikian, “Berada di dalam kegelapan malam bukanlah sesuatu yang buruk dan destruktif. Sebaliknya ini bagaikan pengalaman orang sakit yang menyambut ahli bedah yang menjanjikan kesehatan dan kesembuhan kepadanya. Tujuan dari kegelapan ini tidak dimaksudkan untuk menyakiti atau menghukum kita tetapi untuk menyembuhkan kita. Inilah kesempatan yang Tuhan pakai untuk menarik kita lebih dekat kepadaNya.” Inilah pengalaman dan prinsip rohani yang mendalam untuk menghadapi realita hidup sebagai anak Allah yang mendapat identitas dan destiny penuh kemuliaan. Ia baik karena melucuti setiap ketergantungan kita yang berlebihan kepada perasaan ataupun kondisi-kondisi fisik di luar. Pandangan yang sering kita dengar adalah bahwa pengalaman kekelaman ini harus kita hindari sebagai syarat untuk mengalami kedamaian, penghiburan dan sukacita adalah pikiran yang salah. Sebab berada di dalam keadaan yang gelap ini adalah salah satu cara yang Allah pakai untuk memberikan kepada kita keheningan, ketenangan sehingga Ia dapat melakukan transformasi batin dari dalam kita. Ketika Allah membawa kita ke dalam keadaan demikian, bersyukurlah, karena Allah dalam kasih sayangNya yang besar sedang menarik kita keluar dari gangguan supaya kita dapat melihat Dia secara lebih jelas. Dalam keadaan demikian jangan memberontak atau melawan tapi belajarlah untuk diam dan menantikan Tuhan.” Allah mempunyai program yang mulia dalam hidup kita, membawa kita ke dalam kemuliaan. Ia ingin membentuk kita menjadi baru dan yang mulia. Dan kesulitan merupakan keadaan yang sangat kondusif untuk pekerjaan ini. Saat kita sedang hancur, saat ego kita telah dihancurkan, itulah saat kita bagaikan tanah liat yang telah dihancurkan untuk siap dibentuk ulang secara baru. Jika dalam saat demikian, kita salah mengerti dan memberontak, kita telah berlaku bodoh dan merugikan diri kita sendiri. Sebagian tidak tahan dalam kegelapan yang kelam ini sehingga ia mencari pengalaman rohani palsu yang menimbulkan gairah dalam hatinya yang kering, tetapi tindakan ini justru mengganggu program Tuhan. Guru-guru palsu telah menawarkan pengalaman agama palsu untuk mengisi kekeringan yang seharusnya diisi oleh Tuhan, akibatnya kepekaan rohani mereka menjadi tumpul. Apa yang mestinya kita miliki pada saat-saat seperti ini ialah berdiam diri di hadapan Allah dan menantikan Tuhan. Manusia tidak selalu menolong, terkadang mereka justru menjadi pengganggu yang mengalihkan perhatian kita dari suara Tuhan. Nabi Yesaya berkata: “dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.” Tetapi kamu enggan, kamu berkata, ‘Bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat’, maka kamu akan lari dan lenyap. Katamu pula, ‘Kami mau mengendarai kuda tangkas’, maka para pengejarmu akan lebih tangkas pula.” (Yesaya 30:15-16). Setiap kali kita mengalami kesulitan, carilah maksud Tuhan dalam situasi yang kita hadapi itu. Jangan kita dilumpuhkan oleh kesulitan, tetapi temukan ‘mutiara’ (berkat rohani) di balik kondisi sulit itu. Justru saat di dalam di penjara, Paulus menulis surat-suratnya yang paling penting dan menjadi berkat besar bagi gereja Kristen sepanjang masa, yaitu surat Efesus, Filipi, Kolose, Filemon dan Roma. Demikian juga saat dipenjarakan John Bunyan menulis Pilgrim Progress, karya sastra alegoris terindah dan bermutu tinggi di antara literatur Kristen. Perhatikanlah respon kita dalam masa-masa sulit itu supaya jangan kesulitan itu dilewati tanpa mendapatkan berkat rohani dari Tuhan itu. Amin. melanjutkan, “Dalam saat-saat seperti ini mungkin kita akan merasa kering, depresi bahkan putus asa. Tetapi ini merupakan keadaan yang

Jalan Hidup yang Penuh Kemenangan Bersama Tuhan

Nats: Filipi 4: 11b-13; 21-24; Roma 8: 37; 2Kor 2:14 Ada dua macam orang: Pertama, orang yang ketika dalam kesusahan, dan kondisi sulit itu tidak berubah menurut pemikirannya setelah ia berdoa kepada Tuhan, ia me¬rasa Allah tidak mempedulikan dia, karena itu ia marah dan meninggalkan Tuhan. Kedua, orang yang ketika hidupnya lancar dipenuhi dengan kesenangan justru terlena dan mengabaikan Tuhan. Dua macam orang ini saya sebut orang yang dikalahkan oleh kesulitan dan orang yang dihanyutkan oleh kenikmatan. Ternyata tidak ada jaminan dalam kondisi hidup fisik yang dapat membuat seseorang tetap setia kepada Tuhan. Karena memang bukan kondisi luar, tetapi hati (sikap batin) itulah yang menentukan respon seseorang kepada Tuhan. Allah yang adil memberi situasi yang berbeda kepada setiap orang. Jika seseorang memiliki hati yang benar kepada Allah, walaupun dalam penderitaan yang berat ia tetap memuliakan Tuhan, dan ketika berada dalam kehidupan yang penuh berkat, ia lebih mencintai Tuhan daripada segala berkat-berkat Tuhan yang siap untuk diambil daripadanya. Tanpa sikap hati yang benar, dalam situasi apa pun orang yang akan selalu meresponi Allah secara salah. Paulus memberikan teladannya yang indah ketika ia mengungkapkan sikapnya dalam perkataan berikut: “Sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp 4:11b-13). Dalam mengalami kesulitan, deraan, ancaman, kengerian ia tidak menjadi kecewa, ketika ia menerima keadaan yang diberkati, kesukaan, kenyamanan, kelimpahan dan anugerah Tuhan ia tidak menjadi hanyut. Kesulitan maupun kelancaran merupakan suatu situasi yang sama-sama beresiko untuk mengikis kesetiaan kita kepada Tuhan. Dalam perenungan ini, kita akan memfokuskan kepada bagaimana kita dapat menang atas situasi sulit yang kita hadapi. Saya akan mensharingkan 4 prinsip, yang diharapkan dapat menolong kita ketika menghadapi situasi hidup yang sulit dengan sikap yang benar. Dengan pemahaman dan perspektif iman Kristen yang benar, ia akan dimampukan untuk berespon benar supaya boleh mengalami hidup berkemenangan bersama Tuhan. Pertama, sadarilah bahwa kita hidup dalam suatu drama kosmik yang sangat menentukan. Kebenaran ini terungkap dalam kitab Ayub. Seluruh kehidupan Ayub, termasuk kehidupan batinnya terbuka bagi pengamatan dan penilaian Allah, malaikat dan Iblis. Ia ditempatkan di dalam posisi yang crucial, di mana seakan-akan kehormatan Allah dipertaruhkan dalam respon Ayub, dan jika dia gagal Iblis mendapat alasan untuk mencemooh Allah. Namun melalui kehidupan Ayub, Allah mau menunjukkan bahwa ada manusia yang akan tetap beriman dan mengasihiNya walaupun mengalami kesulitan terberat. Jikalau ia gagal maka iblis berkesempatan melawan serta mencemooh Tuhan. Tapi, yang terjadi justru melalui respon Ayub yang penuh kesetiaan kepada Allah itu ia mempermalukan Iblis. Inilah kehidupan yang mestinya diwujudkan oleh orang Kristen yang telah menerima anugerah Perjanjian Baru yang melebihi tokoh-tokoh Perjanjian Lama. Setiap orang diberi kondisi hidup yang berbeda oleh Tuhan. Namun seperti dalam film, yang menjadi ukuran bukanlah kenyamanan peran si aktor, tetapi bagaimana ia memerankannya. Jika dalam film yang menjadi penilaian adalah kemampuan acting, maka dalam hal rohani yang menjadi penilaian ialah bagaimana menjalankan perannya dilihat dari sudut moral dan rohani: yang menjadi ukuran bukanlah apakah kita kaya atau miskin, pintar atau bodoh, sehat walfaiat atau didera oleh penyakit yang berkepanjangan, panjang umur atau hidup yang singkat; yang menjadi ukuran ialah apakah dalam Ada orang yang sepanjang hidupnya tetap miskin bukan karena malas atau bodoh, sebaliknya ada orang yang dari kecil hingga tua selalu hidup dalam kelimpahan. Ada yang seumur hidupnya dipenuhi dengan kesulitan, sebaliknya ada yang jalan hidupnya begitu mulus. Cara berpikir yang duniawi akan menilai orang yang hidupnya dipenuhi kesusahan itu bernasib buruk dan gagal, dan orang yang hidupnya enak itu bernasib baik dan sukses. Jika orang Kristen masih terjebak dalam cara pandang yang duniawi ini, maka perhatiannya hanya tertuju kepada mengusahakan kenyamanan hidup dan kelepasan dari kesulitan, dan bukannya pada kualitas hidup yang harus ia wujudkan. Karena itu, tidak heran, ketika dilanda kesulitan, mereka penuh dengan sungut dan keluhan kepada Allah (mengkorfirmasikan tuduhan Iblis, yang tentu saja salah), dan kehilangan fokus untuk dalam situasi hidup mereka untuk semakin memuliakan Allah. Di tengah-tengah kesulitan hidup yang memuncak, justru Ayub menyatakan kesaksian hidup yang sulit dilampaui. Di tengah-tengah kehidupan yang hancur oleh kelumpuhannya, Joni Erickson Tada justru menyatakan suatu kehidupan yang begitu mulia. Kedua, bagi anak Allah, keadaan sulit yang kita alami bukanlah keadaan tak diberkati, sebaliknya mungkin itu adalah saat yang paling indah dalam hidup kita. Ketika berada dalam kondisi yang sulit, terjepit, merasa lemah, keadaan yang memaksa kita bergantung penuh kepada Allah, seringkali kita menganggapnya sebagai bad time (waktu yang buruk), kondisi buruk yang tidak diberkati. Inilah alasan ketika berada dalam kondisi tersebut satu-satunya keinginan kita ialah cepat-cepat keluar dari situasi itu, setelah itu baru kita merasa diberkati. Tetapi dalam pengalaman saya, saya belajar bahwa saat berada di dalam kelemahan itu adalah saat-saat di mana saya paling dekat dengan Tuhan, itulah saat yang indah bersama Tuhan. Dan saat saya merasa kuat, mantap, dewasa, mandiri, mungkin itu adalah saat saya mulai tidak begitu bergantung lagi kepada Tuhan dan mulai agak liar atau bahkan sangat liar. Jangan salah mengerti bahwa saya mengajarkan supaya kita menginginkan kehidupan yang terus dalam kesuraman dan penderitaan, karena itu bukan maksud Tuhan atas hidup kita. Kekristenan adalah agama yang positif, yang penuh dengan pujian kemenangan dan sukacita. Karena itu, tidak salah jika dalam kesulitan, sakit, kesedihan, kita menginginkan Tuhan memberikan kelepasan, kelimpahan dan sukacita kepada kita. Tetapi apa yang mau saya tegaskan di sini ialah marilah kita belajar untuk melihat masa suram itu secara positif dari perspektif Kristen, bahwa jika saya berada dalam situasi seperti itu di situ pun Allah hadir dan kasih rahmatNya menopang aku, bahkan lebih penuh kasih mesra. Ada sesuatu yang unik dalam kehidupan ma¬nu¬sia, seringkali masa-masa sulit yang pernah kita alami dulu, seperti krisis, bahaya, kesulitan hidup, dsb kita ingat kembali dengan perasaan nostalgia. Demikian juga, dikatakan mengenai hubungan dalam pernikahan: krisis pernikahan yang dilalui dengan penuh ketabahan bahkan berguna untuk membangun kasih dan kepercayaan yang kokoh antara keduanya, suatu hal yang tidak pernah akan dimengerti dan dialami oleh mereka yang telah menyerah. Ketiga, dengan memfokuskan pikiran hanya pada kebahagiaan di masa yang akan datang, kita telah menyia-nyiakan realitas kehidupan masa kini, yang sebenarnya merupakan sesuatu yang indah dan sangat berharga. Sayur pare itu pahit, jangan dibuang, sebaliknya belajarlah untuk menikmatinya, karena itu sayur yang baik/berguna dan enak. Hidup ini sulit, ini adalah fakta tidak dapat kita tolak. Namun jika kita menyikapinya dengan benar, maka masa-masa sulit itu dapat menjadi pengalaman yang indah bersama Tuhan. Andaikan kita diberi umur 40 tahun, dan 20 tahun terisi oleh kesulitan, apakah berarti kita hanya akan memiliki 20 tahun hidup yang bermakna? Bagi saya, asal kita berjalan bersama Tuhan, maka kita tetap akan memiliki 40 tahun bermakna yang sangat berharga. Blaise Pascal mengatakan: kita tidak pernah [sungguh-sungguh] hi¬dup hanya untuk masa kini .... Kita bersikap tidak bijaksana dengan mengembara dari satu masa ke masa lain yang sesungguhnya bukan milik kita. Kita ... mengabaikan apa yang sungguh-sungguh ada. Kita bersikap demikian karena momen sekarang biasanya adalah sesuatu yang menyakitkan, itulah sebabnya kita menekannya... Kita cenderung membebani pikiran kita dengan masa lalu dan masa yang akan datang, dan jarang memikirkan masa kini.... Kita menjadikan masa masa lalu dan masa kini sebagai sarana, dan hanya menjadikan masa yang akan datang sebagai tujuan kita. Dengan cara berpikir demikian, kita tidak pernah sungguh-sunguh hidup, sebab kita hanya hidup dalam pengharapan, mengharapkan sesuatu yang belum ada, sedangkan yang ada dibuang-buang. Dengan selalu merencenakan bagaimana kita dapat menjadi bahagia, kita tidak pernah berada dalam kebahagiaan itu. (Pensees). Keempat, dengan memandang masa “sulit” sekarang sebagai hal yang negatif dan hanya memikirkan kebahagiaan yang belum tiba maka kita lalai menyambut maksud Tuhan dalam situasi kita itu. Tidak ada pengalaman kita yang alami yang terjadi di luar kontrol Allah. Dan jika Ia mengizinkan kita mengalami suatu kesulitan pasti ada maksud baik dari Allah bagi kita. Kita tahu bahwa: “Allah ... bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yagn terpanggil sesuai dengn rencana Allah.” (Rm 8:28). Dan jika dalam setiap situasi hidup kita terdapat maksud Allah yang baik, maka marilah kita menyambut maksudNya itu. Saint John of the Cross (Santo Yohanes dari Salib) mengungkapkan apa yang dinamainya the dark night of the soul (jiwa yang berada dalam kegelapan malam). Ia mengatakan demikian, “Berada di dalam kegelapan malam bukanlah sesuatu yang buruk dan destruktif. Sebaliknya ini bagaikan pengalaman orang sakit yang menyambut ahli bedah yang menjanjikan kesehatan dan kesembuhan kepadanya. Tujuan dari kegelapan ini tidak dimaksudkan untuk menyakiti atau menghukum kita tetapi untuk menyembuhkan kita. Inilah kesempatan yang Tuhan pakai untuk menarik kita lebih dekat kepadaNya.” Inilah pengalaman dan prinsip rohani yang mendalam untuk menghadapi realita hidup sebagai anak Allah yang mendapat identitas dan destiny penuh kemuliaan. Ia baik karena melucuti setiap ketergantungan kita yang berlebihan kepada perasaan ataupun kondisi-kondisi fisik di luar. Pandangan yang sering kita dengar adalah bahwa pengalaman kekelaman ini harus kita hindari sebagai syarat untuk mengalami kedamaian, penghiburan dan sukacita adalah pikiran yang salah. Sebab berada di dalam keadaan yang gelap ini adalah salah satu cara yang Allah pakai untuk memberikan kepada kita keheningan, ketenangan sehingga Ia dapat melakukan transformasi batin dari dalam kita. Ketika Allah membawa kita ke dalam keadaan demikian, bersyukurlah, karena Allah dalam kasih sayangNya yang besar sedang menarik kita keluar dari gangguan supaya kita dapat melihat Dia secara lebih jelas. Dalam keadaan demikian jangan memberontak atau melawan tapi belajarlah untuk diam dan menantikan Tuhan.” Allah mempunyai program yang mulia dalam hidup kita, membawa kita ke dalam kemuliaan. Ia ingin membentuk kita menjadi baru dan yang mulia. Dan kesulitan merupakan keadaan yang sangat kondusif untuk pekerjaan ini. Saat kita sedang hancur, saat ego kita telah dihancurkan, itulah saat kita bagaikan tanah liat yang telah dihancurkan untuk siap dibentuk ulang secara baru. Jika dalam saat demikian, kita salah mengerti dan memberontak, kita telah berlaku bodoh dan merugikan diri kita sendiri. Sebagian tidak tahan dalam kegelapan yang kelam ini sehingga ia mencari pengalaman rohani palsu yang menimbulkan gairah dalam hatinya yang kering, tetapi tindakan ini justru mengganggu program Tuhan. Guru-guru palsu telah menawarkan pengalaman agama palsu untuk mengisi kekeringan yang seharusnya diisi oleh Tuhan, akibatnya kepekaan rohani mereka menjadi tumpul. Apa yang mestinya kita miliki pada saat-saat seperti ini ialah berdiam diri di hadapan Allah dan menantikan Tuhan. Manusia tidak selalu menolong, terkadang mereka justru menjadi pengganggu yang mengalihkan perhatian kita dari suara Tuhan. Nabi Yesaya berkata: “dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.” Tetapi kamu enggan, kamu berkata, ‘Bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat’, maka kamu akan lari dan lenyap. Katamu pula, ‘Kami mau mengendarai kuda tangkas’, maka para pengejarmu akan lebih tangkas pula.” (Yesaya 30:15-16). Setiap kali kita mengalami kesulitan, carilah maksud Tuhan dalam situasi yang kita hadapi itu. Jangan kita dilumpuhkan oleh kesulitan, tetapi temukan ‘mutiara’ (berkat rohani) di balik kondisi sulit itu. Justru saat di dalam di penjara, Paulus menulis surat-suratnya yang paling penting dan menjadi berkat besar bagi gereja Kristen sepanjang masa, yaitu surat Efesus, Filipi, Kolose, Filemon dan Roma. Demikian juga saat dipenjarakan John Bunyan menulis Pilgrim Progress, karya sastra alegoris terindah dan bermutu tinggi di antara literatur Kristen. Perhatikanlah respon kita dalam masa-masa sulit itu supaya jangan kesulitan itu dilewati tanpa mendapatkan berkat rohani dari Tuhan itu. Amin. melanjutkan, “Dalam saat-saat seperti ini mungkin kita akan merasa kering, depresi bahkan putus asa. Tetapi ini merupakan keadaan yang

Selasa, 07 Februari 2012

BACAAN : 1 TESALONIKA 4:1-12 TEMA: MENGASIHI LEBIH SUNGGUH (La sakendek-kendekna tu kasiala masean)

Pokok bahasan : nyatakanlah dengan sungguh-sungguh kasih seorang terhadap yang lain
Pemahaman teks
Perikop ini berisi nasehat-nasehat Paulus kepada jemaat di Tesalonika dan nasihat-nasihat itu dapat dibagi dalam tiga bagian:
1. Ayat 1-2,berisi nasihat Paulus kepada jemaat di Tesalonika untuk lebih bersungguh-sungguh lagi mengikuti petunjuk yang sudah diajarkan kepada mereka. Paulus rupanya telah menyaksikan ketika ia masih bersama dengan mereka bahwa apa yang telah diajarkannya telah diikuti oleh warga jemaat. Namun ia masih tetap berharap dan mendorong untuk lebih maju lagi.
2. Ayat 3-8, berisi nasihat Paulus agar jemaat menghindari perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Paulus mengingatkan mereka bahwa mereka telah menerima pengudusan karena itu mereka mesti hidup dengan melakukan apa yang kudus. Untuk maksud tersebut maka mereka dinasehati supaya tidak melakukan hal-hal yang cemar, seperti: percabulan, hawa nafsu, poligami (dalam ayat 4 dikatakan: supaya kamu masing-masing mengambil seorang menjadi istrimu sendiri…). Agar jemaat bersungguh-sungguh menghindari perbuatan cemar, maka Paulus mengingatkan mereka bahwa Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga RohNya yang kudus.
3. Ayat 9-12, dalam ayat ini Paulus menasehati jemaat Tesalonika untuk lebih bersungguh-sungguh lagi dalam mengasihi. Menurut Paulus jemaat telah belajar mengenai kasih Allah dan mereka telah menyatakanya dengan saling mengasihi namun paulus tetap menasihati mereka untuk lebih bersungguh-sungguh lagi dalam mengasihi.
Usulan dalam natal keluarga
1. Pemimpin memberi kesempatan kepada semua anggota keluarga menyampaikan pengalamanya dalam setahun terakhir di mana mereka merasakan kasih dari sesama anggota keluarga. Setiap anggota keluarga selesai membagikan pengalamanya semua peserta ibadah menyanyikan: kukasihi kau dengan kasih Tuhan (sambil berhadap-hadapan).
2. Sesudah semua anggota keluarga membagikan pengalamannya, pemimpin menjelaskan mengapa orang percaya mesti hidup saling mengasihi. Kita saling mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Allah mengasihi kita karena Allah adalah kasih dan sumber kasih. Wujud kasih Allah yang agung dinyatakannya di dalam Yesus Kristus yang kelahiranNya sedang kita rayakan lewat natal. Kita saling mengasihi sebagai wujud bahwa kita menerima kasih Allah yang dinyatakan di dalam Yesus Kristus. Kita saling mengasihi agar kita dapat menikmati kehidupan bersama yang bahagia (pemimpin dapat menambahkan penjelasan ini).
3. Sesudah penjelasan, pemimpin memberi kesempatan kepada semua anggota keluarga untuk mengemukakan apa saja yang masih dibutuhkan dan diharapkan agar setiap anggota keluarga bersungguh-sungguh menyatakan (misalnya: apa yang masih diharapkan dan dibutuhkan dari ayah oleh ibu atau anak agar bersungguh-sungguh menyatakannya atau dari anak, si A oleh ayah atau ibunya agar bersungguh-sungguh melakukan dst).
4. Sesudah semua anggota keluarga menyampaikan harapannya, pemimpin mengajark semua peserta ibadah perayaan natal keluarga untuk berkomitmen melakukan/mewujudkan apa yang masih diharapkan padanya.

Senin, 08 Agustus 2011

fungsi Keluarga

Pengertian Keluarga
Ada banyak pengertian tentang keluarga. Berikut ini beberapa pengertian yang dijadikan dasar penulis dalam membahas masalah tulisan ini. Alex Thio (1989: 316) mengutip pengertian keluarga demikian “the familiy…a group of related individuals who live together and cooperate as a unit”. Keluarga merupakan kelompok individu yang ada hubungannya, hidup bersama dan
bekerjasama di dalam suatu unit. Kehidupan dalam kelompok tersebut bukan secara kebetulan, tetapi diikat oleh hubungan darah atau perkawinan. Pendapat tersebut dipertegas oleh pendapat Donald Light (1989: 454), “a family as a two or more person living together and related by blood, marriage or adoption”. Keluarga adalah kehidupan dari dua orang atau lebih yang diikat hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Senada dengan pendapat di atas Vembriarto (1993: 33) mengatakan bahwa keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Pujo Suwarno (1994: 11) bahwa keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tidak sendirian atau dengan anak-anak baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Sementara menurut Tirtaraharja (1995: 50) keluarga diartikan sebagai kelompok primer yang terdiri atas sejumlah orang, karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nuclear family) yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak.
Dari beberapa pedapat di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu persekutuan hidup yang diikat oleh perkawinan, hubungan darah atau adopsi. Didalamnya terdapat ayah, ibu dan beberapa anak (keluarga inti) serta kakek-nenek atau yang lain (keluarga diperbesar).

Fungsi-Fungsi Keluarga
1. Fungsi Pendidikan (edukasi)
Anak merupakan cermin keluarga / orang tua”. Demikianlah ungkapan yang sering kita dengar sebagai satu pengakuan bahwa orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam membentuk kepribadian anak. Pendidikan keluarga merupakan bagian yang tidak mungkin tergantikan oleh siapapun dalam proses pembentukan kepribadian anak. Sebab keluarga adalah pendidik dan penyelenggara pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dalam menanamkan nilai-nilai, sikap, motivasi, minat, komitmen maupun konsep diri anak-anak. Sedemikian pentingnya peran keluarga ini seorang ahli psikologi keluarga yang bernama Sal Savere (2000 : xi) mengatakan bahwa jika kita memperbaiki keluarga seorang anak, maka semua aspek lainnya akan terperbaiki juga. Pendapat tersebut didukung oleh pendapat Sylvia Rimm (1997 : xx) yang mengatakan bahwa anak-anak lebih berprestasi jika para orang tua mereka bekerja sama dalam memberi pesan secara jelas, positif dan seragam tentang bagaimana seharusnya mereka belajar serta apa harapan-harapan orang tuanya terhadap mereka. Pernyataan Sylvia ini merupakan salah satu prinsip dasar cara membesarkan anak dengan sukses. Berkaitan dengan pernyataan tersebut Charles Cooley (Supriyadi, 1986: 476) mengungkapkan demikian “keluarga disebut kelompok yang paling primer karena mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang”.
2. Fungsi Sosial
Keluarga adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Keluarga merupakan gejala universal yang terdapat dimana-mana di dunia ini. Sebagai gejala yang universal, keluarga mempunyai 4 karakteristik yang memberi kejelasan tentang konsep keluarga .
1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Yang mengikat suami dan istri adalah perkawinan, yang mempersatukan orang tua dan anak-anak adalah hubungan darah (umumnya) dan kadang-karang adopsi.
2. Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka membentuk sautu rumah tangga (household), kadang-kadang satu rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa anak-anak, atau dengan satu atau dua anak saja
3. Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan
4. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.
3. Fungsi Perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman. Fungsi perlindungan yaitu bagaimana yang kuat melindungi yang lemah, kakak melindungi adik, yang pria melindungi yang perempuan. Juga yang kuat membantu yang lemah. Inilah nilai-nilai strategis dalam keluarga tersebut yang bisa memengaruhi ketahanan maupun kepribadian masyarakat, bangsa dan negara. Dalam sebuah keluarga, seorang ayah berfungsi sebagai kepala keluarga, dia wajib melindungi anggota keluarga, selain anak-anak juga istri mereka, karena istri merupakan partner suami dalam membina rumah tangga yang aman sejahtera. Oleh sebab itu, seorang ayah secara umum mempunyai fungsi mencari nafkah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga, ayah sebagai kepala keluarga tentu mempunyai tanggung jawab yang lebih besar, tanggung jawab sebagai seorang bapak maupuns ebagai seorang suami. Seorang kepala keluarga (ayah), apabila ternyata istrinya telah hamil, maka suami selalu memperhatikan istri tersebut dengan memberikan nasehat-nasehat, misalnya dilarang pergi ke sembarang tempat, karena bisa mendatangkan bahaya bagi si ibu, hal ini dalam pandangan masyarakat, wanita yang lagi hamil maupun bayi yang ada dalam kandungannya disukai makhluk halus, maka hal tersebut dianggap tabu oleh orang tua dan masyarakat. Hal ini menjelaskan, bahwa ibu-ibu pada waktu hamil mendapatkan perhatian yang lebih dari suaminya maupun orang tua suami yang berusaha menjaga kesehatan istrinya maupun anak yang ada dalam kandungannya, dengan membawa istri mengontrol ke puskesmas maupun dokter praktek. Pada saat istri melahirkan, seorang ayah (suami) berusaha mendampingi bersama bidan atau dukun yang membantu proses melahirkan. Setelah bayi lahir, maka ia akan diazankan oleh ayahnya bagi anak laki-laki dan dikomatkan. Bagi anak perempuan hal ini dilakukan dengan tujuan agar si anak dapat mengenal Allah beserta asma-Nya
Hal tersebut merupakan tanggungjawab bagi ayah dalam melindungi dan menjaga anak sehingga nantinya ia dapat hidup dalam masyarakat sebagai penerus. Keberhasilan dan kegagalan suatu keluarga merupakan fungsi dan tugas tanggung jawab seorang ayah sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab terhadap nafkah keluarga, istri dan anaknya. Ia harus dapat mencukupi dan menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan oleh keluarganya baik rumah yang layak, makanan yang sehat dan halal, bergizi maupun pakaian bagi keluarganya.
4. Fungsi Afeksi
Fungsi Afeksi dalam keluarga adalah bagaimana peranan Orang tua dalam meningkatkan indeks prestasi anak. Dalam hal ini digunakan beberapa aspek dan indikator yaitu Ekonomi (ketersediaan dana), indikatornya : Anak diberikan biaya SPP / Semester dari orang tua, Diberikan biaya transportasi dari orang tua untukpendidikan, Diberikan bantuan biaya bulanan sebagai penunjang kegiatan perkuliahan (membeli perlengkapan untuk kuliah).Selanjutnya peranan Orang tua dalam Sosial, yaitu penanaman nilai-nilai sosial pada anak, kualitas nilai-nilai sosial yang ditanamakan orang tua, kuantitas penanaman nilai-nilai sosial (sosialisasi) dari orang tua. Motivasi yang ada pada diri anak yaitu dukungan yang diberikan dari dalam diri anak dukungan yang diberikan dari luar diri anak, Selanjutnya komunikasi yang dilakukan Orang tua dan anak yaitu dilihat dari Kualitas dan kuantitas dalam berkomunikasi atau berbicara dengan orang tua, bagi mahasiswa/mahasiswi yang tinggal bersama orang tua selanjutnya Kualitas dan kuantitas dalam berkomunikasi atau berbicara dengan orang tua, bagi mahasiswa/mahasiswi yang tinggal jauh dari orang tua.Kemudian kendala-kendala yang akan dihadapi oleh Orang tua yaitu tingkat kesulitan atau masalah-masalah dalam peningkatan indeks prestasi anak.
5. Fungsi Ekonomi
Hakekatnya kebutuhan dari setiap keluarga sangat relatif dan tidak terbatas, keinginan-keinginan daripada keluarga untuk meningkatkan kualitas kebutuhan hidupnya, akan tetapi penghasilan mereka terbatas, hal tersebut menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dalam keluarga, maka untuk mengimbangkan kebutuhan dan pendapatan mereka mempunyai prinsip bahwa keluarga harus mempunyai perencanaan (merencanakan) anggaran rumah tangga dan meningkatkan penghasilan rumah tangga dan meningkatkan semangat kerja
6. Fungsi Biologis
Keluarga merupakan komunitas kecil yang muncul sebagai buah pernikahan, dan pernikahan sendiri merupakan suatu ibadah yang disyariatkan Allah dengan maksud untuk memperbanyak keturunan demi terciptanya kemakmuran di bumi secara sempurna.
Terciptanya lembaga keluarga dimulai pada saat seorang laki-laki telah membutuhkan pendamping (istri), keduanya dapat saling tolong menolong dalam merealisasikan dan pengabdian tugas-tugas serta kekhalifahan di muka bumi sebagaimana kehidupan diciptakan Allah.
7. Fungsi Religus
Di sini diperlukanperan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak-anaknya demi hari depan mereka. Dalam masyarakat Indonesia dewasa ini fungsi di keluarga semakin berkembang, diantaranya fungsi keagamaan yang mendorong dikembangkannya keluarga dan seluruh anggotanya menjadi insan-insan agama yang penuh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Model pendidikan agama dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1) Cara hidup yang sungguh-sungguh dengan menampilkan penghayatan dan perilaku keagamaan dalam keluarga.
2) Menampilkan aspek fisik berupa sarana ibadah dalam keluarga.
3) Aspek sosial berupa hubungan sosial antara anggota keluarga dan lembaga-lembaga keagamaan. Pendidikan agama dalam keluarga, tidak saja bisa dijalankan dalam keluarga, menawarkan pendidikan agama.
8. Fungsi Rekreatif
Fungsi ini bertujuan untuk memberikan suasana yang sangat gembira dalam lingkungan. Fungsi rekreatif dijalankan untuk mencari hiburan. Dewasa ini, tempat hiburan banyak berkembang diluar rumah karena berbagai fasilitas dan aktivitas rekreasi berkembang dengan pesatnya. Media TV termasuk dalam keluarga sebagai sarana hiburan bagi anggota keluarga.
9. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
Fungsi cinta kasih, di setiap keluarga diajarkan bagaimana antar-anggota keluarga saling mencintai. Bagaimana ayah mencintai ibu dan anak, ibu mencintai ayah dan anak, kemudian anak mencintai ibu dan ayahnya, anak yang besar mencintai adiknya dan sebaliknya. Kalau nanti si anak sudah lepas dari orang tua dan berkeluarga, juga harus melakukan hal yang sama bagi setiap anggota keluarganya
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d. Memberikan Identitas anggota keluarga.

Rabu, 29 Juni 2011

mentoring leaders

JUDUL BUKU : MENTORING LEADERS
PENGARANG : CARSON PUE
JUMLAH HALAMAN : 353
PENERBIT : YOGYAKARTA, ANDI OFFSET

Kesadaran diri, yang paling penting diketahui adalah dimana berada. Daniel Goleman menyatakan bahwa kesanggupan mengenali perasaan-perasaan dan memandangnya sentral dalam mengukur apa yang ia sebut intelegensia emosional. Kesadaran diri mengenali perasaan yang muncul adalah batu penjuru intelegensia emosional, kesanggupan memantau perasaan-perasaan dan momen ke momen sangat penting bagi wawasan psikologis dan pemahaman diri. Banyak yang menyadari bahwa pemimpin banyak kehilangan perasaan dan kehilangan perspektif. Seorang pemimpin harus sadar akan suasana hati mereka dan memiliki pemikiran positif tentang kehidupan. Kehidupan ditata dengan baik dan mampu mengelola emosi dalam mengungkapkan ide.
Kesadaran diri itu penting, di mana ada pemimpin yang tidak dapat menentukan prioritas-prioritas. Ada pula pemimpin yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar atau keadaan sosial. Seorang pemimpin harus terpercaya dalam memotivasi orang lain dalam melihat keadaan disekitarnya. Seorang pemimpin harus memiliki seorang yang cukup dekat dengan mereka dan mengasihi. Di mana seorang pemimpin sibuk dimana-mana. Sebagian besar pemimpin mampu menyampaikan dengan lega apa yang ada dalampemikiran dan hatinya supaya menjadi lega. Sahabat jiwa merupakan sahabat yang paling dekat dan seumur hidup dan sudah saatnya untuk mencapai kesuksesan bersama sahabat yang disebut sahabat sejati. Persahabatan yang saling menajamkan dan membentuk nilai-nilai bersama. Ketidaktentraman melahirkan kepemimpinan yang keliru. Sebab ketidaktentraman membuat rasa percaya diri menurun serta menimbulkan keraguan dalam mengambil keputusan. Keraguan ini diakibatkan keadaan yang dialami sebelumnya dan dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Persoalan yang banyak dialami pemimpin pada umumnya bukanlah hanya pada uang tetapi mungkin pada pernikahan, penelantaran dalam pelayanan, kegagalan moral, pergumulan dengan karyawan serta dengan tuduhan pelecehan seksual.
Kesibukan merupakan hal yang sudah biasa dialami oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin jika tidak memenuhi waktu yang tinggi dan semua tuntutan, ia tidak dianggap berhasil. Tidak ada waktu bagi seorang pemimpin untuk refleksi, di mana refleksi itu penting untuk mendapatkan umpan balik terbaik, dengan demikian Allah menarik perhatian kita untuk melakukan hasrat-hasratNya. Jika seorang pemimpin terlalu sibuk maka tidak ada refleksi di mana seorang pemimpin akan mendapatkan umpan balik, secara rohani, emosional, psikologis dan intelektual.
Kristus membentuk perilaku kita sebagai ahli waris kerajaan surga. Dengan hati yang menghamba Kristus rela turun tahta dan menyelamatkan kita, sanggupkah kita bertahan dalam goncangan dialami sekarang ini?, banyak pemimpin muda yang melupakan bahwa Yesuslah pemimpin hidupnya dan melupakan pekerjaanNya di bumi. Kita harus tetap bertanggung jawab sebagai pemimpin Kristen yang terus bekerja. Dengan memiliki cukupbanyak waktu maka sebagai pemimpin diperlukan hubungan yang akrab dengan Allah melalui Kristus. Ketidak sadaran kita dalam memimpin adalah kadang kita berpikir bahwa orang lain tidak pelu, tidak justru orang lain membantu pekerjaan kita. Yesus dalam memimpin, Dia tidak berjalan sendiri tetapi memilih murid-murid, mengajar dan mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin yang handal sesuai. Tetapi dalam kepemimpinan sering juga muncul kecenderungan sombong, dimana jika ada pesaing-pesaing baru dalam memimpin. Seorang pemimpin harus meningkatkan kualitas kerohanian atatu kehidupan kerohanian supaya sikap kesanggupan dapat ditekan atau dihilangkan sama sekali untuk mencapai kesuksesan.
Para pemimpin kadang menyembunyikan sensualitas atau menyangkut hal yang bersifat hawa nafsu sesuai dengan situasi dan perkataan kerohanian. Sering juga pemimpin mencari hubungan yang bersifat sensual dengan orang lain, hal ini sering terjadi antara lawan jenis dengan alasan pelayanan. Para pemimpin membuka pembicaraan secara terbuka apa yang dilakukan supaya timbul rasa hormat dan kekaguman sebab seorang pemimpin akan merasa risau dengan hubungannya. Para pemimpin harus sadar bahwa motivasi semu dapat mempengaruhi kinerja kepemimpinannya. Banyak hal yang harus dihindari seorang pemimpin yakni kelelahan dan kemalasan, secara medis kelehahan adalah hal yang wajar karenamelewati batas normal kerja tubuh, tetapi tidak sama dengan kemalasan. Seorang pemimpin harus menghindari rasa malas.
Kelimpahan sangat menggoda para pemimpin yang memiliki talenta yang luar biasa. Banyak kelimpahan yang dialami oleh seorang pemimpin baik secara jasmani yang mencakup kekayaan, riset dan penelitian serta penyelidikan bacaan yang menyita waktu yang cukup banyak. Ada pemimpin yang dipenuhi dengan banyaknya tugas serta pekerjaan atau tanggungjawab untuk sehingga tidak ada waktu khusus untuk refleksi siapa diri mereka sendiri dan untuk apa mereka. Bila kita mengungkapkan perasaan kepada orang lain maka akan merasa lega. Seorang pemimpin harus sadar bahwa dia adalah anak Allah. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa pelayanan dan memiliki peluang dan prnsip teknologi yang baik. Banyak pemimpin gagal karena mengalami kelelahan dan tidak memiliki banyak waktu untuk menyegarkan jiwa dan raga.
Seorang pemimpin harus mempersiapkan penggantinya dan melatih orang lain untuk menggantikannya dalam pelayanan berikutnya. Seorang pemimpin Kristen hendaknya menghindari sikap yang angkuh dan perfeksionis. Pemimpin harus sadar bahwa seua orang bertanggung jawab terhadap tugasnya dan kepada Allah sang pencipta. Pemimpin memiliki kesadaran akan adanya Tuhan melalui ketergantungan dalam doa. Dengan berdoa pemimpin menyadari bahwa ia tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik tanpa dukungan atau pimpinan Tuhan semata. Pemimpin menyadari bahwa semua keberhasilan yang didapatkan asalnya dari Tuhan semesta alam.
Membebaskan dari pengalaman masa lalu adalah hal yang sangat menyusahkan. Setiap orang memiliki pengalaman masa lalu yang dapat merampas atau meningkatkan kesanggupan kita memimpin pada hari ini. Refleksi dan evaluasi adalah ruang yang digunakan untuk berbenah diri dimana kita sekarang dan apa yang hendak dilakukan. Sebagai pemimpin yang siap dibimbing dan dibekali agar masa lalu dapat membantu dalam memimpin dalam organisasi. Bagi pemimpin wanita diharapkan dapat menerima tanggungjawab yang baik dan memelihara kedekatannya dengan Tuhan serta memulihkan dalam perjalanan kepemimpinan. Sebagai pemimpin kadang juga mendapat tekanan dari orang tua yang berlebihan sehingga menekan jiwa kita untuk melaksanakan tugas kita. Seorang pemimpin memiliki manajemen yang kuat serta sumber yang jelas ada beberapa hal yang didapatkan dari kepemimpinan yakni kebutuhan, pilihan, waktu, hubungan-hubungan, pengetahuan, dan keterampilan.

Seorang pemimpin haruslah seorang visioner, di mana visi merupakan niat untuk melayani atau mempengaruhi orang lain. Visi menyangkut hal tentang dibawa, dipimpin termasuk sang pemimpin. Seorang pemimpin yang bijaksana adalah berusaha memanggil pemimpin yang lain untuk merumuskan visi bersama supaya visi itu dipertajam. Para pemimpin muda tertarik serta takut terhadap visi sebab mereka akan ditanya tentang sikap dan kesanggupan mereka untuk bersikap visioner. Visi bukanlah tentang siapapun melainkan visi Allah, itulah pencipta visi sehingga kita dapat membentuk atau membuat visi yang jelas dan tajam serta terpercaya. Mengapa visi banyak bermasalah bagi pemimpin lebih muda? Ada tiga alasan utama yakni:
1. Para pemimpin muda sering dianugerahi multi talenta dan cakap melakukan hamper apapun, oleh karena visi dan impian yang tidka punya saringan alami berupa kecakapan atau kapasitas yang biasanya digunaka orang lain digunakan untuk menjadi landasan.
2. Para pemimpin mudasering terlalu sibuk untuk mememrhatikan Allah atau membiarkan Dia memunculkan visiNya ke permukaan. Mereka tidak meluangkan waktu cukup untuk kehidupan mereka menyadari atau merefleksikan kehidupan nyata.
3. Para pemimpin yang lebih muda mencoba melanjutkan fase visionering dalam pengembangan kepemimpinan mereka tanpa menangani kesadaran diri dan kemudian mencari kebebasan dari hal-hal yang secara internal maupun eksternal menghalangi mereka.
Dalam merancang visi, wanita mengalami banyak kendala. Namun harus disadari bahwa wanita harus menyadari dimana dia berada dan apa yang seharunya dia lakukan. Seperti peristiwa Ratu Ester dalam kitab Ester diceritakan bahwa Ester takut menjalankan visi Allah yakni membebaskan orang Yahudi dari cengkraman penguasa. Namun ia diperingati oleh Mordekai sehingga ia sadar bahwa visinya adalah membebaskan bangsa Israel dari cengkraman penguasa. Ada beberapa hal yang diperhatikan untuk mencapai maksud Allah dalam mencapai tujuan yakni memiliki visi Allah artinya melihat Allah apa adanya. Memiliki visi pribadi yakni suatu persepsi yang diberikan oleh Allah tentang apa yang Dia kehendaki bagi kehidupan kita. Serta memiliki visi organisasi yakni gambaran akan masa depan kerajaan Allah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dibersihkan dari kehidupan orang yang hidup dalam visi yang jelas yakni kesibukan, terperangkap dalam gaya perlombaan tikus yang memberi sedikit atau tidak memberikan waktu untuk berpikir sekalipun. Kenyamanan merupakan zona yang begitu mengasikkan dan susah untuk keluar dari dalamnya. Terlalu banyak kesibukan, hal yang membingungkan dan sebetulnya banyak kesempatan didepan kita. Ketidaktentraman menjadi hal yang menakutkan karena tidak benar-benar mengenal diri sendiri. Kemalasan juga merupakan ancaman yang paling besar karena tidak dapat dimatikan. Banyak hal yang harus dilakukan untuk merawat visi kita, yakni melalui doa dan pendalaman Alkitab.
George Barna memperhatikan empat hal dalam mendapatkan visi yakni kenali diri sendiri dari dalam, kenali lingkungan dan keadaan pelayanan, kenali Allah lewat doa, ibadah, permenungan firman dan prinsip-prinsipNya. Ujilah, minta umpan balik dari beberapa orang yang bisa dipercayai. Ada beberapa hal dilakukan dalam menemukan visi yakni menemukan, melengkapi, menilai, memberdayakan, memimpin, mengoptimalkan dan mempersiapkan. Untuk menentukan visi yang hebat itu adalah datangnya dari hati, hanya kita sendiri yang membuat pernyataan itu, visi itu radikal dan menggugah serta humanistik. Mengapa harus terus mencari mana yang harus diubah? Rencana dan sasaran apa saja yang akan ditempuh.
Dalam mengimplementasikan visi kita meyakini bahwa Allah yang menanamkan visi. Allah juga berdaulat, prinsip visi dalam mengkomunikasikan tekanan eksternal dan visi baru. Visi harus dikomunikasikan dengan bijak dan dapat dipahami oleh seluruh anggota jemaat. Membedakan visi Allah dengan kondisi dan kehidupan yang seimbang serta dibangun diatas kekuatan. Para pemimpin pelayanan mungkin menuai manfaat berupa visi yang kuat dengan mendefenisikan nilai-nilai inti dari pelayanan mereka serta mengamalkan visi disetiap kesempatan. Membagikan visi berkaitan dengan langkah menuju rencana pelayanan yang utuh. Menjabarkan visi merupakan tuntutan rencana pelayanan serta penetapan langkah-langkah menuju visi yang paling efektif. Membangun komunikasi dengan setiap orang serta menetapkan tujuan yang jelas dari setiap rencana. Gaya langkah yang berbeda langkah-langkah dalam kepemimpinan tercakup dalam dua langkah yakni langkah dan tujuan dalam pelayanan atau tim staf anda biasanya ditetapkan dalam pertemuan-pertemuan kelompok. Kedua, langkah-langkah individual ditetapkan di antara sang pemimpin dengan anggota tim. Menetapkan sasaran harus sangat jelas di mana masalah harus sebaik mungkin, apa yang akan dicapai, hasil akhir, beberapa tindakan yang akan diambil. Sekarang kemungkinan yang jelas dan rinci. Memiliki tujuan yang jelas dan cara kita memimpin dengan perspeftif kunci dalam kerja tim yakni: tidak semua kelompok adalah sebuah tim, tidak semua tim itu sederajat, tim tidak terbentuk begitu saja, kerja tim tidak menjadikan pelayanan kita lebih mudah, dan kerja tim lebih sekedar sikap.
Anggaran waktu dan sumber daya terletak pada apa yang ditunjukkan disiplin dan waktu. Konsep tentang anggaran harus direncanakan dan diseimbangkan, seorang pemimpin harus meluangkan waktu lebih dari sekedar bekerja. Mengukur sumber daya manusia dan hasil tergantung pada kesejahteraan dan pemupukan rohani. Ada 5 konsep yang keliru tentang anggaran yakni rencana strategis dan taktis mengikuti anggaran, menyusun anggaran hanya urusan bagian keuangan semata, menyusun anggaran merupakan tujuan akhir, analisis performa anggaran adalah tentang anggaran itu sendiri. Anggaran adalah rencana yang tidak fleksibel. Sebagai seorang pemimpin kita harus data member disekitar lingkungan kita untuk mendiskusikan sang pemimpin untuk mendiskusikan teologi, ketakutan, dan strategiuntuk membiayai pelayanan. Pekerjaan yang tepat waktu, hubungan-hubungan yang kuat serta kesehatan. Sisi rohani dan evaluasi, bertahan dalam kepemimpinan, berorganisasi, ketakutan ,kesepian, dan tantangan lain. Ketekunan, sisi rohani yang sepi, antusiasme dalam pelayanan. Ada tiga bidang fokus dalam evaluasi ulang yakni staf dan peran-peran mereka, metode pelayanan, dan system-sistm yang sanggup memperbaiki kapasitas untuk memenuhi panggilan. Para pemimpin harus tahu kehidupan yang mendukung dalam pelayanan mereka termasuk doa dan manajemen kekuangan.
Penekanan Penting
Aset terbesar Anda saat Anda mengembangkan kemampuan eksekutif adalah kualitas kepribadian Anda, yang akan bersinar di atas segalanya. Manfaatkan kekuatan-kekuatan yang melekat pada kepribadian Anda. Pertahankan kekuatan ini.
• Tanyalah selalu pada diri sendiri: “ Apakah ini hal yang terbaik untuk dilakukan?”
• Pemimpin harus belajar untuk hidup dengan kejujuran dan integritas yang tinggi. Sebab setiap kali seseorang terlibat dalam tindakan yang tidak jujur dan tak bermoral, hasilnya akan menghantui mereka kembali.

Selasa, 14 Juni 2011

teologi feminis

1. 5 Aliran feminisme dengan ciri-cirinya:
- Liberal. Ciri-cirinya; penekanan pada kemampuan perempuan (Woman Capability). Kesetaraan dalam hukum, pendidikan dan sosial sistem.dengan asumsi bahwa perempuan itu tidak dilahirkan tetapi “diciptakan”.dengan kritiknya; menguntungkan diri dan tinggal di dalam sistem.
- Marxist. Ciri-cirinya:
- Konflik utama adalah persoalan teks
- Analisisnya: ketika laki-laki menginginkan anak kepemilikan pribadi menjadikan laki-laki mengontrol seksualitas perempuan sebagai hak milik yang dapat diperlakukan kehendaknya.
- Ada tuntutan: revolusi kelas ekonomi sangat dibutuhkan untuk mencapai sebuah revolusi gender.
- Socialist
- Menambahkan kepada aliran Marxist bahwa faktor lain yang harus dicermati adalah benturan kelas dan sekali lagi inti persoalan adalah “Patriarchy”.
- Bahwa Patriarchy itu dekat kepada kapitalisme.
- Pada pola relasi selalu dikaitkan dengan “market value” (nilai pasar) dan kalkulasi cash.
- Dengan makin banyak uang makin mampu memikat perempuan.
- Suami kaya tetapi bukan uang perempuan.
- Radikal
- Bahwa perlu ada sebuah pola relasi yang baru dan radikal sama sekali.
- Di mana perempuanlah yang bisa dilahirkan dan itu berarti perempuan harus memperlihatkan soperioritasnya atas laki-laki.
- Dibelakang laki-laki yang kuat ada perempuan yang kuat.
- Ada asumsi bahwa feminism radikal adalah promotor lesbianisme.
- Eco-feminisme
- Ada kesejajaran penindasan terhadap perempuan dan alam (women and nature)
- Pembebasan perempuan (women) dari superioritas laki-laki (man) harus sejalan dengan pembebasan alam (nature) dari tindakan semena-mena manusia yang dilakukan atas nama perkembangan peradaban (culture)

2. Paham “Jender” yang dikembangkan oleh Shery Ortner, bahwa jender bukanlah sesuatu yang terbawa (inherent) dalam perbedaan biologis kedua jenis kelamin. Dasar Kritk Feminis didasarkan pada 2 argumentasi sebagai berikut:
a. Fisiologis perempuan dan fungsi reproduksinya yang khas membuatnya tampak lebih dekat kepada alam. Wanita beraktualisasi secara alamiah sementara laki-laki dipaksa untuk menciptakan secara artificial untuk membangun tetap juga mempertahankan kebudayaan.
b. Peran sosial dipandang lebih dekat kepada alam karena keterlibatan mereka dalam kegiatan reproduksi cenderung membatasi perempuan pada fungsi-fungsi sosial tertentu yang dipandang dekat kepada alam yang memunculkan dikotomi: “perempuan pada wilayah domestik dan laki-alki pada wilayah publik.”

3. Korelasi perempuan (women) alam (nature) dalam wacana kritik antropologi feminis bahwa perempuan diibaratkan seperti alam yang melahirkan dan menyusui seperti alam yang menumbuhkan dan memberi makanan kepada tumbuh-tumbuhan atau makhluk hidup

4. Gerakan Feminisme:
1. Gerakan Liberal, aliran atau gerakan ini memberi penekanan penting pada prinsip bahwa perempuan itu mempunyai kesetaraan dengan laki-laki seperti kesetaraan dalam bidang hukum pendidikan dan sosial sistem bahwa bukan hanya laki-laki yang mampu mengerjakan pekerjaan seperti itu sehingga memunculkan pendapat bahwa perempuan itu tidak dilahirkan. Melahirkan juga diciptakan sama seperti laki-laki yang menandakan bahwa perempuan dan laki-laki setara dihadapan Tuhan.
2. GerakanRadikal, gerakan ini memercayai bahwa ada sebuah pola relasi yang baru dan radikal sama sekali dan bahwa perempuanlah yang bisa melahirkan dan itu berarti perempuan harus memperlihatkan superioristasnya atas laki-laki yang kuat. Prinsip mereka adalah mencintai sesama perempuan terlebih dahulu. Dan menempatkan cinta pada laki-laki pada posisi belakangan. Sehingga ada asumsi bahwa feminisme radikal adalah promotor lesbianisme.
3. Gerakan Marxist. Konflik utamanya terletak pada persoalan “kelas”. Gerakan ini menyangkut sebuah analisis bahwa ketika seseorang menginginkan seorang anak. (perempuan sebagai property) mengontrol seksuaitas perempuan sebagai milik sekehendaknya.

5. Dua fenomena doctrinal dalam perkembangan kekristenan yang memicu munculnya teologi feminis (menurut Claire Barth).
a. Institusi gerejawi dipandang terlalu mementingkan segi kelembagaan, hirarkis, dan sangat konservartif.
b. Masih kurang gerakan yang bersifat kenabian/profetis, kritis terhadap ketidakadilan dan penggunaan kekuasaan.

6. Tujuan pendekatan “liberalism Feminisme” yang dikembangkan oleh Elisabeth Fiorenza yang bertitik tolak dari pembuktian tesis diseputar peranan historis kaum perempuan dalam keristenan mula-mula dan pertanyaan historis teologis yang diangkat oleh kaum feminis.

7. Maksud dari “Women’s Questions” dan Women Experience bahwa untuk berteologi feminis mesti berangkat dari pertanyaan-pertanyaan disekitar masalah-masalah yang menyangkut tentang perempuan sebab dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dikembangkan untuk dibahas yang kemudian dilihat dari perspektif pengalaman perempuan untuk mencari sebuah jalan keluar atau sebuah pengembangan.


8. Empat pendekatan metodologis hermeneutika yang diusulkan Fiorenza:
a. A Hermeneutik of Suspicion – mengenali jiwa patriarkhi dan androsentrisme dari banyak teks alkitab dan kemudian membawa kritik ideologis yang mempertanyakan kepentingan siapa yang dilayanii dalam teks-teks itu.
b. A Hermeneutik of proclamation - memulai teks mana dalam alkitab yang pantas digunakan untuk liturgi sebagai perayaan kehidupan.
c. A hermeneutics of remembrance - yang mencari teks-teks untuk mencari sejarah kaum perempuan dalam kekristenan mula-mula untuk kebutuhan merekontruksi aktivitas dan sentralisasi kaum perempuan sehingga menjadi wacana alkitabiah kaum perempuan saat ini seingga menjadi wacana alkitabiah kaum perempuan
d. A Hermeneutics of Creative actualization yang menolong kaum perempuan untuk mengklaim sejarah Alkitabiah yang menggunakan imajinasi historis dan melalui seni dan ritual demi mengklaim tempat perempuan dalam aktivitas dan praksis berteologi dipusat bukan dipinggiran.
9. Dua bagian teks dalam alkitab yang menurut saya perlu dibedah dengan pendekatan hermeneutika feminis.
a. Kejadian 2:22,23 “ Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.”
Bahwa dengan kehadiran seorang perempuan telah melengkapi manusia itu (laki-laki). Dan dengan kehadiran perempuan itu mengisi kefeminiman manusia itu. bahwa dalam diri seorang laki-laki terdapat kefeminiman yang telah dibentuk menjadi seorang perempuan, sebagaimana dalam diri seorang perempuan terdapat kemaskulinan karena dibentuk dari laki-laki (maskuklin).
b. 1 Kor.14:33-35 “Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat”.
Menrut saya pribadi: teks ini berbicara tentang pelunya komunikasi dalam sebuah rumah tangga sebagai komunitas kecil dalam sebuah jemaat. Paulus berpendapat bahwa apa yang dikatakan suaminya telah mewakili istrinya atau keluarganya
10. Komentar saya terhadap data Komnas perempuan bahwa kekerasan terhadap perempuan itu terjadi karena dari segi fisik, laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan sehingga sering laki-laki selalu berpeluang berbuat kekerasan terhadap perempuan. Keprihatinan seperti ini perlunya sebuah solusi untuk paling tidak sedikit mengurangi tingkat kekerasan terhadap perempuan, misalnya seperti mendukung gerakan peduli perempuan melalui media massa. Dan bagi para pelaku kekerasan tersebut diberi sanksi sesuai hukum yang berlaku. Hal lain yang dapat dilakukan adalah pemberdayaan perempuan melalui pelatihan-pelatihan.